_____________________________________________________________________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________________________________________________________________________

cuaca

$province_id = substr(trim(strip_tags(@$_GET['province_id'])), 0, 2); require('lib/bmkg.php'); $bmkg = new BMKG(); $data = $bmkg->weather($province_id); header('Content-Type: application/json'); header('Access-Control-Allow-Origin: *'); echo json_encode($data, JSON_PRETTY_PRINT);

Sabtu, 04 Februari 2012

MENAMPAR PIPI RAJA

Pada suatu hari, Abu Nawas singgah di rumah kenalannya, seorang Yahudi. Di sana tengah berlangsung permainan musik yang meriah. Banyak orang yang menonton sehingga suasana begitu meriah. Semua tamu yang hadir terlibat dalam permainan musik indah itu, termasuk Abu Nawas yang baru saja masuk. 

Ada yang memainkan kecapi, ada yang menari-nari dan sebagainya, semuanya bersuka ciata. Ketika para tamu sudah kehausan, tuan rumah menyuguhkan kopi kepada para hadirin. Masing-maisng mendapat secangkir kopi, termasuk Abu Nawas. Ketika Abu Nawas ingin meminum kopi itu, ia ditampar oleh si Yahudi.Namun karena sudah terlanjur larut dalam kegembiraan, hal itu tidak ia hiraukan dan diangkatnya lagi cangkirnya, tapi lagi-lagi ditampar. Ternyata tamparan yang diterima Abu Nawas pada malam itu cukup banyak sampai acara selesai sekitar pukul 2 dini hari.

Pesta Musik dengan suguhan Secangkir Kopi .
Di tengah jalan, baru terpikir oleh Abu Nawas, "Jahat benar perangai Yahudi itu, main tampar saja. Perilaku seperti itu tidak bisa dibiarkan bertahan di Baghdad. Tapi, apa dayaku ingin melarangnya?" pikirnya dalam hati. "Ahaa .. aku ada akal," guman Abu Nawas selanjutnya. Keesokan harinya, Abu Nawas menghadap Raja Harun Ar-Rasyid di istana. "Tuanku, ternyata di negeri ini ada suatu permainan yang belum pernah hamba kenal, sangat aneh , "lapor Abu Nawas. "Di mana tempatnya?" tanya Baginda. "Di tepi hutan sana beliau," kata Abu Nawas. "Mari kita lihat," ajak beliau. "Nanti malam kita pergi berdua saja dan Tuanku memakai pakaian santri," ucap Abu Nawas. Setelah Shalat Isya, maka berangkatlah beliau dan Abu Nawas ke rumah Yahudi itu. Ketika sampai di sana, kebetulan si Yahudi sedang asyik memainkan musik dengan teman-temannya, maka beliau pun dipersilahkan duduk. Ketika diminta untuk menari, beliau menolak sehingga ia dipaksa dan ditampar pipinya kanan kiri. Sampai di situ Beliau baru sadar bahwa ia telah dipermainkan oleh Abu Nawas. Tapi apa daya ia tak mampu melawan orang sebanyak itu. Maka, menarilah beliau sampai keringat membasahi sekluruh tubuhnya yang gendut itu. Setelah itu barulah didistribusikan kopi kepada semua tamu, dan melihat hal itu, Abu Nawas meminta izin untuk keluar ruang dengan alasan akan pergi ke kamar mandi untuk kencing. "Biar beliau merasakan sendiri peristiwa itu, karena salahnya sendiri tidak pernah mengetahui kondisi rakyatnya dan hanya percaya pada laporan para menteri, "pikir Abu Nawas dalam hati sembari meluncur pulang ke rumahnya. 

Raja Ditampar Pipinya Kiri Kanan.
Tatkala hendak mengankat cangkir kopi ke mulutnya, Beliau ditampar oleh si Yahudi itu. Ketika ia ingin mengangkat kopi cangkirnya lagi, ia pun terkena tamparan lagi begitu seterusnya sampai beliau belum pernah mencicipi barang sedikit saja kopi yang disuguhkan., Pada pagi harinya, setelah bangun tidur, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid memerintahkan seorang pelayan istana untuk memanggil Abu Nawas . "Wahai Abu Nawas, baik sekali perbuatanmu tadi malam, engkau biarkan diriku dipermalukan seperti itu," kata Baginda. "Mohon ampun wahai Baginda Raja, pada malam sebelumnya hamba telah mendapat perlakuan yang sma seperti itu. Bila hal itu hamba laporkan secara jujur, pasti beliau tidak akan percaya. Dari itu, hamba bawa Beliau ke sana agar mengetahui dengan kepala sendiri perilaku rakyat yang tidak senonoh itu, "jawab Abu Nawas membela diri. Beliau tidak dapat membantah ucapan Abu Nawas, lalu disuruhnya beberapa pengawal untuk memanggil si Yahudi itu . "Wahai Yahudi, apa sebabnya engkau menampar aku tadi malam," tanya beliau marah. "Ya Tuanku, sesungguhnya hamba tidak tahu jika malam itu adalah Tuanku. Jika jika hamba tahu, hamba tidak akan berbuat seperti itu," jawab si Yahudi membela diri . Apa daya, pembelaan Yahudi tidak disetujui oleh beliau. Karena menampar orang termasuk perbuatan maksiat dan beliau harus mengambil tindakan tegas karenanya. "Sekarang terimalah pembalasanku," kata Baginda. "Ampunilah hamba, Tuanku," ucap si Yahudi. Segera saja beliau memerintahkan para prajurit untuk memasukkan si Yahudi ke dalam penjara. Sejak saat itu Raja Harun sangat memperhatikan rakyatnya. Ia berterimakasih atas laporan yang diberikan oleh Abu Nawas tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ketikan komentarmu disini!!!